Skip to main content

Pendidikan Pancasila


TUGAS
PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun Oleh :

MUHAMMAD FARUQ BUKHORI

NIM : 13020117140087
DEPARMENT LINGUISTIK
Prodi S1 Sastra Inggris
Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro
SEMARANG
2017

1.      Pemahaman Pancasila sebagai Dasar Negara, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup
A.    Pancasila sebagai Dasar Negara
Pancasila sebagai dasar Negara menunjukkan bahwa kedudukan pancasila landasan atas penyelenggaraan hukum yang ada dipemerintahan Republik Indonesia ini. Pancasila sebagai dasar Negara juga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 paragraf ke-4. Pancasila sebagai dasar Negara juga dapat diartikan sebagai titik acuan bangsa Indonesia dalam mengatur bangsa maupun NKRI.
            Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara, memiliki fungsi sebagai berikut :
1.      Sumber Hukum Negara Indonesia
2.      Sebagai cerminan kepribadian bangsa
3.      Sebagai cita-cita bangsa Indonesia
Latar belakang dijadikannya pancasila sebagai dasar Negara oleh para pendiri Negara tidak lain dan tidak bukan hanya untuk sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Asal usul pancasila juga berasal dari bahasa sansekerta, “Pancasila” mengandung dua arti kata panca dan syila yang berarti panca sebagai lima dan syila sebagai dasar.

B.     Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
Pancasila sebagagi ideologi bangsa memiliki arti bahwa pancasila sebagai pandangan hidup bangsa ini demi mencapai tujuan bersama, maka dari itu bangsa Indoensia harus bersatu padu.
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa, memiliki fungsi sebagai berikut :
1.      Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
2.      Sebagai falsafah hidup bangsa
3.      Sebagai perjanjian luhur

Gambaran sejarah dari pancasila sebagai ideologi bangsa ini bermula dalam siding pertama BPUPKI tanggal 28 Mei 1945. Pada saat itu siding itu pertama kali membicarakan secara khusus mengenai ideologi bangsa Indonesia pada saat merdeka nanti.

C.    Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Berkenan pancasila sebagai dasar Negara, ideologi bangsa, dan pandangan hidup bangsa yang saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa diartikan sebagai cara pandang hidup masyarakat Indonesia dalam kemasyarakatan yang telah ada.
            Fungsi pancasila sebagai pandangan hidup bangsa :
1.      Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menghadapi persoalan yang ada dimasyarakat.
2.      Dapat menumbuhkembangkan jati diri bangsa Indonesia
Sejarah singkat perkembangan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, bermula ketika para pendiri Negara ingin memerdekakan negeri ini dari tangan penjajah. Nilai-nilai yang telah tumbuh dimasyarakat Indonesia dijadikan sebagai pandangan hidup masyarakat Indonesia sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia.

        2. Pancasila sebagai Sistem Etika
        A. Etika dan Moral
Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari sesuatu yang dianggap baik ataupun dianggap buruk. Etika bersifat relative berdasarkan perkembangan zaman. Etika juga didasari oleh pikiran dan pertimbangan. Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan dengan nilai-nilai manusia.

Moral merupakan istilah yang digunakan untuk batas-batas dari sifat peran lain, kehendak, pendapat, atau perbuatan. Hubungan antara etika dan moral adalah suatu sistem nilai hidup yang dianggap itu baik dimasyarakat atau kelompok masyarakat.

       B. Etika Pacasila dalam aturan berdemokrasi
Etika pancasila dalam aturan berdemokrasi yang telah ada di Indonesia merupakan sebagai landasan utama dalam berdemokrasi di Indonesia dengan ke 5 silanya. Etika dalam pancasila juga memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh warga negaranya dalam berdemokrasi.

       C. Mengapa harus Pancasila sebagai etika demokrasi
            Pancasila sebagai etika demokrasi ditujukan sebagai mengarahkan warga negaranya ke kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama maupun untuk orang lain serta dalam rangka pembangunan institusi-institusi yang adil. Nila pancasila sebagai etika demokrasi dapat dilaksanakan dalam penyelanggaraan Negara yang menuntut agar kekuasaan dijalankan berdasarkan hukum yang telah disepakati bersama.

        3. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
       A. Sistem Filsafat
Sistem filsafat merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dalam tujuan tertentu yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Jadi sistem filsafat pada dasarnya satu bagian unit yang berhubungan.

        C. Bentuk penerapan Sistem Filsafat Pancasila
Seperti yang sudah kita ketahui, Pancasila merupakan ideologi dan dasar dari negara Indonesia. Selain itu, Pancasila juga berfungsi sebagai sistem filsafat negara. Pancasila dalam menjadi dasar negara tidak langsung serta-merta muncul begitu saja, tetapi Pancasila lahir melalui pemikiran-pemikiran dan budaya masyarakat Indonesia yang beragam tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui sejarah lahirnya Pancasila dan implementasinya terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia.Keberadaan Pancasila tidak bisa terlepas dari BPUPKI yang diresmikan pada tanggal 29 April 1945. Untuk posisi ketua ditunjuklah Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat. Pada 28 Mei sampai 1 Juni 1945, BPUPKI mengadakan sidang yang membahas mengenai dasar negara. Seluruh anggota BPUPKI dengan jumlah 62 orang ditambah 6 anggota tambahan berkumpul dalam satu ruang sidang. Beberapa tokoh seperti Mr. Moh Yamin dan Prof. Dr. Mr. Soepomo menyampaikan pandangannya mengenai perumusan dasar negara. Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Moh Yamin menyampaikan usulannya mengenai dasar negara yang mencakup: (1) Peri Kebangsaan (2) Peri Kemanusiaan (3) Peri Ketuhanan (4) Peri Kerakyatan (5) Kesejahteraan yang berkebudayaan. Dua hari kemudian, Prof. Dr. Mr. Soepomo menyampaikan pandangannya yang mencakup: (1) Persatuan (2) Kekeluargaan (3) Keseimbangan Lahir Batin (4) Musyawarah (5) Keadilan Rakyat. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno kemudian mengusulkan konsep dasar negara yang serkarang kita kenal sebagai Pancasila. Namun, Pancasila pada waktu pertama kali diusulkan berbeda dengan Pancasila yang sekarang. Konsep dasar negara menurut Ir. Soekarno adalah: (1) Kebangsaan Indonesia (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan (3) Mufakat atau demokrasi (4) Kesejahteraan sosial (5) Ketuhanan yang berkebudayaan. Hingga akhirnya, usulan Ir. Soekarno yang dipilih untuk menjadi dasar negara.Banyak orang menganggap nilai-nilai Pancasila terkikis dengan adanya globalisasi, terutama westernisasi. Namun, penulis tidak setuju terhadap anggapan tersebut. Penulis menganggap bahwa globalisasi tidak mengikis nilai-nilai Pancasila, melainkan kita sendiri yang mengikisnya. Pancasila sebagai pedoman kehidupan masyarakat tentu bisa berfungsi sebagai filter budaya yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di Indonesia. Permasalahannya adalah kembali kepada kita sendiri apakah kita mau menggunakan filter tersebut atau tidak. Apabila kita tidak menggunakannya maka artinya kita meninggalkannya atau mengikisnya. Nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal sehingga di belahan dunia manapun pasti ada (Rumambo Pandin, 2014), yang tidak bersifat universal hanyalah istilah ‘Pancasila’ saja. Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila akan punah dengan cepat. Kita bisa melihatnya di masyarakat, masih banyak yang menerapkan nilai-nilai Pancasila. Penerapan itu dapat berupa: memeluk agama dan menjalankan ibadah, membantu korban bencana alam, mendukung tim bulutangkis yang mewakili Indonesia di ajang internasional, musyawarah untuk memecahkan suatu masalah, dan menghormati hak-hak orang lain. Contoh-contoh tersebut merupakan contoh penerapan semua sila Pancasila. Selain itu, contoh dari penerapan Pancasila di masyarakat tersebut juga bisa kita gunakan dalam kehidupan di lingkungan kampus. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila tidak akan mudah hilang jika kita masih menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari[2]

4. Pancasila dan Multikulturalisme
A. Multikulturalisme
Multikulturalisme merupakan istilah yang diambil dari penjelasan pandangan  seseorang terhadap keragaman dunia yang terdapat didalam masyarakat yang ada serta menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, dan politik yang mereka anut.

B. Budaya Multikulturalisme dan Bhineka Tunggal Ika
MULTIKULTURAL berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsudi Suparlan (2002) akar kata dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.Multikultur baru muncul pada tahun 1980-an yang awalnya mengkritik penerapan emokrasi. Pada penerapannya, demokrasi ternyata hanya berlaku pada kelompok tertentu. Wacana demokrasi itu ternyata bertentangan dengan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun dari hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan yang dibangun oleh Orde Baru. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah “masyarakat multikultural Indonesia” dari puing-puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak “masyarakat” (plural society) sehingga corak masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika bukan lagi keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. [3]

            C. Pancasila menyautkan Pluralitas
Pancasila bersifat universal yang dapat menampung dan tidak membatasi nilai – nilai dari kemajemukan yang ada. Pancasila merupakan satu kesatuan utuh lima elemen yang tidak dapat dipisahkan. Pancasila yang bulat dan utuh itulah menjadi kepribadian dari bangsa Indonesia yang majemuk atau multietnik. Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup dan kepribadian bangsa akan mempunyai arti dan menjadi kenyataan bagi manusia Indonesia dalam hubungan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang memberi semangat reformasi dengan harapan menuju kearah yang lebih baik.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia memiliki keistimewaan sendiri dibandingkan dengan konsep pandangan dari bangsa lainnya. Konsep pandangan hidup bangsa Barat contohnya, pada pandangan hidup mereka menekankan kebebasan individu yang seluas-luasnya. Selain itu konsep Pancasila pun berbeda dengan konsep Sosialisme – Komunisme yang menekankan pada kepentingan komunal atau bersama.
Dalam konsep Pancasila, disana menekankan kepada kepentingan individu dan kepentingan nasional dengan memberikan keikutsertaan bangsa dalam melakukan perlindungan, pertanggungjawaban dan pengelolaan agar terciptanya tata kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan prinsip – prinsip Pancasila dan nilai luhur bangsa Indonesia.
Kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan sebuah keistimewaan dan merupakan hasil dari peradaban bangsa yang sudah berjalan sejak lama. Hasil dari peradaban itulah yang kini membentuk karakteristik bangsa Indonesia yang majemuk atau multietnik dengan rasa pluralisme tinggi dalam berkehidupan. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berintegrasi karena bangsa ini dibentengi oleh ideologi yang anti proliferasi, dimana ideologi tersebut tercipta melalui hasil cipta rasa dan karsa dari nilai – nilai luhur bangsa Indonesia.[4]

           




[1] Wulan,Dari .2015. “Pancasila Dalam Pendekatan Filsafat:Nilai-nilai Pancasila”, http://www.learniseasy.com/pancasila-dalam-pendekatan-filsafat-nilai-nilai-pancasila.html (diakses tanggal 17 Oktober 2017 pukul 07.48)

[2] Rumambo Pandin, M. 2014. Pancasila sebagai Sistem Filsafat Negara. Materi disampaikan pada mata kuliah PPKN. Universitas Airlangga. 24 Maret 2014.
[3] QIND1 .2017. “Masyarakat Multikultural Dalam Persepektif Pancasila”, https://variyaka.wordpress.com/2017/01/06/masyarakat-multikultural-dalam-perspektif-bhinneka-tunggal-ika/ (diakses tanggal 17 Oktober 2017 pukul 20.37)

[4] Dharma,Putra .2016. “Pancasila Menyatukan Kemajemukan Indonesia”, https://www.kompasiana.com/drma/pancasila-menyatukan-kemajemukan-indonesia_57a2b6abf196732e09b9b17e (diakses tanggal 17 Oktober 2017 pukul 21.371

Comments

Popular posts from this blog

PENDIDIKAN ISLAM DAN ETIKA BERMASYARAKAT DALAM GURINDAM DUA BELAS

PENDIDIKAN ISLAM DAN ETIKA BERMASYARAKAT DALAM GURINDAM DUA BELAS Muhammad Faruq Bukhori Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang Abstrak As a nation rich in culture, Indonesia has great literary works to study. This paper describes religious values ​​in the literary works of the old poem Gurindam dua belas works of Raja Ali Haj as a form of character education material with human values. The method used is close reading. From the results of the analysis it can be concluded that the gurindam dua belas are literary works that contain religious values ​​and contain advice for a community in order to become superior human beings in its application in social life. Keywords: Religious, Literary, Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas, Education 1. Pendahuluan Gurindam Dua Belas merupakan salah satu puisi melayu lama karya Raja Ali Haji yang ditulis dan diselesaikan di Pulau Penyengat pada tanggal 23 Rajab 1264 Hijriyah atau 1847 Masehi. Guri...

Analysis of Social Aspect in "Since Lockdown" by Ryan O'Leary

  Analysis of Social Aspect in "Since Lockdown" by Ryan O'Leary   Muhammad Faruq Bukhori English Department   Diponegoro University   muhammadfaruqbukhori@students.undip.ac.id   Abstract In this paper, I would like to analyze the extrinsic element in Since Lockdown by Ryan O’Leary. The aim of this paper is to analyze the social aspect contained in the poem Since Lockdown by Ryan O’Leary. In the analysis I use the close reading method with Pierre L. Van Den Bergh’s sociology theory, this theory uses to analyze, consider, and explain the social phenomenon from a sociological perspective. This poem contains a social phenomenon that is happening right now. The social phenomena contained in the poem are also reflected in the life that is happening now when Covid-19, this can be noted from the content of each stanza in the poem. Keywords: Analyze, Close Reading, Ryan O’Leary, Since Lockdown, Social Aspect 1. Introduction Poetry is a ...

The Characters Analaysis and Themes Analysis in Ghost by Henrik Ibsen

The Characters Analaysis and Themes Analysis in Ghost by Henrik Ibsen Arranged by: Name: MUHAMMAD FARUQ BUKHORI Student Number: 13020117140087 E-mail: mfaruq.bukhori@gmail.com ENGLISH DEPARTMENT S1 Sastra Inggris Faculty of Humanity Diponegoro University SEMARANG 2019 Abstract In this report, I would like to analyze Ghost   by Henrik Ibsen   this study aim to analyze the character and theme. The aim of this research is to know and recognize the characteristics of All characters and theme in   Ghost by Henrik Ibsen . The writer uses close reading method. Keywords: Analyze, Ghost, writer, Henrik Ibsen, close reading. I. Introduction Ghost is one of Henrik Ibsen’s play. Ghost   is a tragedy genre. Ghosts is a play by the Norwegian playwright Henrik Ibsen. It was written in 1881 and first staged in 1882 in Chicago, Illinois, in a production by a Danish company on tour. The method of character and theme assessment performed by the a...